Kamis, 26 Mei 2016

MAKALAH Peranan Keluarga, Sekolah, Dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial



MAKALAH

Peranan Keluarga, Sekolah, Dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial yang diampu Heri Cahyono, M.Pd.I



Oleh:
Basrul Syaiful Amirullah         15250002P
Septi Putri Andriyani              15250019
Ricky Noor Ramadhan            15250021

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Metro
2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial. Dalam tugas ini, penulis membahas Peranan Keluarga, Sekolah, Dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial.
Disini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Sosial
2.      Kedua orang tua penulis
3.      Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Penulis juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaikinya.




Metro, Mei 2016


Penulis
 




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa hidup dalam suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis atau spiritual. Dalam menguraikan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial akan ditekankan kepada pengaruh kelompok sosial yang pertama-tama dihadapi manusia sejak ia dilahirkan yaitu keluarga, kemudian pengaruh sekolah dan pengaruh lainnya pada pembentukan manusia sebagai makhluk sosial, dan akan diuraikan pula pengaruh keluarga dalam perkembangan dari pada tingkah laku kriminil dari anak-anak dan pemuda. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok yang lain maka kita menjumpai keanekaragaman kebiasaan.
Pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial juga berkaitan erat dengan sosilisasi. Karna peran agen sosialisasi (agent of socialization)  mendukung perkembangan sosial dalam masyarakat. Media sosilisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi atau sarana sosialisasi. Yang dimaksudkan dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadi dewasa.
B.     Rumusan Masalah
Bagaimana peranan keluarga, sekolah, dan lingkungan terhadap perkembangan sosial?

C.    Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui bagaimana peranan keluarga, sekolah, dan lingkungan terhadap perkembangan sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Segala-galanya yang telah diuraikan mengenai interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer itu, termasuk pembentukan norma-norma social, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, sense of belongingness, dan lain-lainnya.
Pengalaman-pengalamannya dalam interkasi sosial dalam keluarganya turut menetukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluar-ganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interkasi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung dengan tidak wajar.
1)      Peranan Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranannya terhadap perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempaan yang lebih luas untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangan apabila tidak ada alat-alatnya.
Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan didikan anaknya atau senantiasa bercekcok, hl itu juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu turut ditentukan pula oleh sikap-sikap anak sendiri terhadap keadaan keluarganya.
2)      Keutuhan Keluarga 
Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak ialah faktor keutuhan keluarga. Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga ialah, pertama-tama keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa didalam keluarga itu adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada ayahnya atau ibunya atau keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayah atau ibunya jarang pulang ke rumah dan berbulan-bulan meninggalkan anaknya karena tugas atau hal lainnya dan hal ini terjadi secara berulang-ulang, maka struktur keluarga itupun sebenarnya tidak utuh lagi. Pada akhirnya, apabila orang tuanya hidup bercerai, juga keluarga itu tidak utuh lagi.

3)      Sikap dan Kebiasaan Orang Tua
Selain status sosial ekonomi dan keutuhan keluarga dan interkasinya, cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memegang pernan yang cukup penting di dalamnya. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa keluarga itu sudah merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, norma-norma, dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tesebut. Seperti hasil eksperimen yang telah dilakukan oleh Lewin, Lippit dan white mengenai cara-cara kepemimpinan dalam kelompok yaitu cara demokratis, laisses-fair, dan otoriter yang masing-masing mempunyai pengaruh besar terhdap suasana kerja kelompok dan tingkah laku anggotanya. 
Dari beberapa kesimpulan dari ekperimen yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa pada umumnya sikap-sikap pendidikan yang otoriter, sikap overprotection, dan sikap penolakan orang tua terhadap anak-anaknya, dapat menjadi suatu handicap bagi perkembangan sosial anak.


4)      Satus Anak
Yang dimaksud dengan status anak dalam hal ini adalah status anak sebagai anak tunggal, status anak sulung, atau anak bungsu di antara kakak-kakaknya. Mengenai peranan status anak tunggal dalam keluarga telah diadakan penelitian oleh Herman, Leipzig, 1939 (12), yang menyelidiki 100 orang anak tunggal dibandingkan dengan 100 orang anak yang berkakak-adik, yaitu dengan cara angket dan analisis dari laporan kepribadiannya.
Menurut penelitian tersebut, yang pertama-tama dirugikan pada perkembangan anak tunggal itu ialah hal-hal mengenai “perasaan aku” di dalam dirinya. Ia memperoleh hasil, bahwa anak-anak tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara biasanya egoistis sekali, mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan, dan sebagainya, juga anak tunggal memiliki keinginan untuk berkuasa yang berlebihan. Disamping itu, mereka mudah sekali dihinggapi perasaan rendah diri.
Seorang peneliti lainnya, Cattell (2), New York, 1950, berpendapat bahwa orang-orang yang berkembang sebagai anak tunggal kerap kali memperlihatkan sifat-sifat infantilisme (kekanak-kanakan) yang menyatakan dirinya dalam cetusan-cetusan amarah yang bukan-bukan, tetapi paa pihak lain anak tunggal itu lebih mudah mengorientasi dirinya kepada orang-orang dewasa, dan kepada cita-cita serta sikap pandangan orang dewasa.

2.      Peranan Sekolah Terhadap Perkembangan Sosial
Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan social individu dalam rangka pengembangan kemampuan hubungan sosialnya dan sekaligus merupakan factor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mecemaskan dirinya. Kondusif-tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan hubungan social remaja itu tersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan guru, dan etos kepakaran atau kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswanya yang berada dalam masa remaja.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative, akan memberi warna kehidupan social anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Wellmen, New York, 1943 (31), menenliti mengenai pengaruh sekolah taman kanak-kanak terhaap perkembangan intelegensi anak-anak tersebut. Ia mengadakan penelitian kepada 652 orang anak-anak yang bersekolah di taman kanak-kanank suatu lembaga di Iowa dan yang berumur 2,5 – 5 tahun. Anak-anak itu telah sekolah di situ selama 4 – 8 bulan, dan sebelum mereka masuk telah diadakan testing dengan sebuah tes intelegensi. Ternyata bahwa 71% dari jumlah tersebut mengalami kemajuan pada tes intelegensi sesudah mereka sekolah 4–8 bulan itu, tetapi ada 16% dari anak-anak, taraf intelegensinya malah berkurang. Walaupun demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada umumnya anak-anak itu mengalami kemajuan, dan nyata pula dalam eksperimen, bahawa semakin lama mereka bersekolah maka akan semakin besar kemajuannya. Terdapat korelasi positif antara lamanya mengikuti sekolah taman kanak-kanak itu dan kemajuan pada tes intelegensi.
Suatu penelitian yang diadakan mengenai pengaruh sekolah yang sebenarnya ialah penelitian dari Husen, 1951 (15), yang mendapatkan pada calon-calon tentara di Swedia, bahwa intelegensi quotient mereka mempunyai taraf yang sejajar dengan jumlah tahun didikan sekolah yang mereka alami, dalam arti bahwa semakin lama mereka bersekolah, maka semakin tinggi I.Q-nya. Ia mendapatkan suatu koefisiensi korelasi antara jumlah tahun sekolah yang mereka alami dan tingginya I.Q. sebanyak r = 0.80, suatu angka korelasi yang cukup tinggi. Hasil ini juga diperkuat oleh hasil penyelidik di Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan yang sama, Lorge, 1945 (17).
Peranan sekolah itu jauh lebih luas. Karena di dalamnya berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan “pendidikan” pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi-potensi anak, perkembangan dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar kerja sama dengan teman sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran, menghadapi saringan, yang semuanya antara lain mempunyai akibat pencerdasan otak anak-anak seperti yang dibuktikan dengan tes-tes intelegensi.

3.      Peranan Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial
1)      Peranan Lingkungan Kerja  
Pengaruh positif dari lingkungan kerja di dalam suatu perusahaan besar yang modern pernah dirumuskan sebagai berikut: “Dengan adanya cara kerja yang tersusun, kebersihan dan ketelitian yang harus dipelihara di dalam perusahaan besar, maka orangnya pun akan memperoleh latihan di dalamnya. Di samping itu, kecermatan, kecepatan, ketepatan, dan keteraturan yang diperlukan dalam bermacam-macam pekerjaan dalam suatu perusahaan modern itu mempunyai pengaruh “mendisiplinkan” manusia dan membentuk manusia yang cakap.
Sebaliknya, sebagai pengaruh negatif dari hidup dan cara kerja suatu kota industri besar modern dapat dirumuskan, bahwa interaksi sosial antar manusia di sana sudah tidak bersifat kekeluargaan lagi, tetapi bercorak rasional dan terlampau individualistis.
Mengenai pengaruh lingkungan pekerjaan yang bersifat pertanian di desa ada pendapat, bahwa lingkungan pekerjaan tersebut memudahkan terbentuknya kepribadian yang harmonis, realistis, tidak tergesa-gesa, yang bersifat kekeluargaan.

2)      Peranan Media Masa
Yang menjadi perhatian para peneliti mengenai pengaruh media masa ini terhadap perkembangan orang ialah, apakah dan bagaimanakah pengaruh yang negatif dari frekuensi menonton bioskop, melihat televisi, dan dari membaca perpustakaan komik.
Seorang peneliti, Flik, 1954 (5), mendapatkan bahwa pada sejumlah anak-anak yang menjadi kriminal terdapat frekuensi yang lebih tinggi, yaitu rata-rata dua kali seminggu mereka menonton bioskop.
Tetapi perbedaan antara frekuensi menonton ini sendiri tidak perlu dijadikan suatu sebab, bahwa yang sering menonton itu akan memperoleh pengaruh yang jelek, sedangkan yang jarang menonton tidak akan memperoleh pengaruh yang buruk. Hal ini telah diselidiki oleh Shuttleworth dan May (23), New York, 1933. Mereka membandingkan sikap-sikap dan tingkah laku anak sekolah yang menonton dua kali atau lebih dalam seminggu dengan sikap dan tingkah laku anak sekolah yang hanya sekali sebulan menonton bioskop atau kurang. Mereka tidak memperoleh perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) antara tingkah laku dan sikap kedua golongan anak-anak tersebut. Dalam hal ini juga ditegaskan dalam penelitian sebuah Lembaga Penyelidikan Pendidikan IKIP Bandung.
Lain halnya dengan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh sering melihat televisi oleh anak-anak.
Every, 1952 (4), mendapatkan bahwa 33,3% dari anak-anak yang sering menonton televisi oleh gurunya dinilai sebagai anak-anak yang tidak tenang (gelisah), sedangkan Leis (11) memperoleh hasil, bahwa anak-anak yang menonton televisi lebih dari 11-15 jam seminggu mengalami pengurangan prestasi mereka di sekolah.
Pengaruh dari membaca buku-buku komik diteliti oleh Doetsch, 1959 (3). Ia menyelidiki dua golongan itu tidak ada bedanya yang berarti. Hanyalah pemudi pembaca komik itu nyata lebih lalai dalam cara kerjanya, sedangkan pemudi-pemudi ang tidak membaca komik lebih teliti dan sungguh-sungguh. 

3)      Masalah Tingkah Laku Kriminal
Dengan menggunakan definisi Prof. Noach (20), seorang ahli kriminologi yang membedakan-bedakan pengertian kriminologi alam arti yang luas dan kriminologi dalam arti yang terbatas, maksudnya ialah memperbincangkan salah satu pokok kriminologi dalam arti terbatas itu, yang meliputi gejala-gejala kriminal, sebab-sebab dan akibat-akibat dari tingkah laku kejahatan. Menurut beliau, kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan, di mana terkadang faktor keturunan maupun terkadang faktor lingkungan memegang peranan utama, dan di mana kedua faktor itu dapat juga saling mempengaruhi.
Seorang manusia normal bukan sejak lahirnya ditentukan untuk menjadi kriminal oleh faktor pembawaannya yang dalam saling pengaruh dengan lingkungannya menjelmakan tingkah laku kriminal, melainkan faktor-faktor yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan sosial itulah yang memberi pengaruhnya bahwa ia mudah menjadi orang kriminal. Pembawaannya akan menghindarkan bahwa ia betul-betul menjadi kriminal dalam pengaruh-pengaruh lingkungan yang memudahkannya itu.















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkembangan sosial merupakan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri. Oleh karena itu, perkembangan sosial individu sangat dipengaruhi oleh interkasinya dengan orang lain, mulai dari orang tua, teman, sekolah, dan masyarakat, serta seluruh orang yang berinteraksi dengan individu tersebut.
.
B.     Saran
Saat ini banya bahaya dalam proses menuju perkembangan sosial yang umumnya dapat dikendalikan jika diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan langkah perbaikan untuk menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan menimbulkan reputasi yang kurang baik. Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflikyang terjadi selama masa perkembangannya.








DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi sosial. Jakarta : Rineka cipta.
Idblognatework. (2012). Pengaruh Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia : http://tasbinet.blogspot.com/2012/05/pengaruh-masyarakat-terhadap.html. di akses pada: 30 April 2016 pukul 08:00 wib.
Nikmatul. (2012). Makalah Pengaruh Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia :http://noxniexcounselling.blogspot.com/2012/01/makalahpengaruh-masyarakat-terhadap.html. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00 wib.
Rahman, A.M. (2014). Makalah Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia:https://sikucingitem.wordpress.com/2014/03/03/makalah-perkembangan-sosial/. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00 wib.
Sosiologi FISIP. (2010). Pengaruh Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia: https://sosiologiunsyiah2010.wordpress.com/2012/06/05/pengaruh-masyarakat-terhadap-perkembangan-sosial/. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00 wib.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar