MAKALAH
Peranan Keluarga, Sekolah, Dan
Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
yang diampu Heri Cahyono, M.Pd.I
Oleh:
Basrul Syaiful Amirullah 15250002P
Septi Putri Andriyani 15250019
Ricky Noor Ramadhan 15250021
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Metro
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
sholawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wassalam,
beserta keluarga dan para sahabat. Penulis menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Sosial. Dalam tugas ini, penulis membahas Peranan
Keluarga, Sekolah, Dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial.
Disini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Sosial
2.
Kedua orang tua penulis
3.
Teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak. Penulis juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaikinya.
Metro, Mei 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa hidup dalam suatu lingkungan, baik
lingkungan fisik, psikis atau spiritual. Dalam menguraikan pengaruh masyarakat
terhadap perkembangan sosial akan ditekankan kepada pengaruh kelompok sosial yang pertama-tama dihadapi
manusia sejak ia dilahirkan yaitu keluarga, kemudian pengaruh sekolah dan
pengaruh lainnya pada pembentukan manusia sebagai makhluk sosial, dan akan diuraikan pula
pengaruh keluarga dalam perkembangan dari pada tingkah laku kriminil dari
anak-anak dan pemuda. Oleh sebab itu manusia kemudian
mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri.
Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok yang
lain maka kita menjumpai keanekaragaman kebiasaan.
Pengaruh
masyarakat terhadap perkembangan sosial juga berkaitan erat dengan
sosilisasi. Karna peran agen sosialisasi (agent of socialization) mendukung
perkembangan sosial dalam masyarakat. Media sosilisasi merupakan tempat
dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi atau
sarana sosialisasi. Yang dimaksudkan dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak
yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang
individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadi dewasa.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
peranan keluarga, sekolah, dan lingkungan terhadap perkembangan sosial?
C.
Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui bagaimana peranan keluarga, sekolah,
dan lingkungan terhadap perkembangan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial
Keluarga
merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Segala-galanya yang telah diuraikan mengenai interaksi
kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer itu, termasuk pembentukan
norma-norma social, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of
reference, sense of belongingness, dan lain-lainnya.
Pengalaman-pengalamannya
dalam interkasi sosial dalam keluarganya turut menetukan pula cara-cara tingkah
lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluar-ganya, di dalam
masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam kelompok-kelompok
karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa
interkasi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung dengan
tidak wajar.
1)
Peranan Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai
peranannya terhadap perkembangan anak-anak apabila kita pikirkan bahwa dengan
adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam
keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempaan yang lebih luas untuk
memperkembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangkan
bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangan apabila tidak ada
alat-alatnya.
Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi
apabila mereka itu tidak memperhatikan didikan anaknya atau senantiasa
bercekcok, hl itu juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya,
perkembangan sosial anak itu turut ditentukan pula oleh sikap-sikap anak
sendiri terhadap keadaan keluarganya.
2)
Keutuhan Keluarga
Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak-anak ialah faktor keutuhan keluarga. Yang dimaksud
dengan keutuhan keluarga ialah, pertama-tama keutuhan dalam struktur keluarga,
yaitu bahwa didalam keluarga itu adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada
ayahnya atau ibunya atau keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi.
Juga apabila ayah atau ibunya jarang
pulang ke rumah dan berbulan-bulan meninggalkan anaknya karena tugas atau hal
lainnya dan hal ini terjadi secara berulang-ulang, maka struktur keluarga
itupun sebenarnya tidak utuh lagi. Pada akhirnya, apabila orang tuanya hidup
bercerai, juga keluarga itu tidak utuh lagi.
3)
Sikap dan Kebiasaan Orang Tua
Selain status sosial ekonomi dan keutuhan keluarga dan
interkasinya, cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memegang pernan yang
cukup penting di dalamnya. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa
keluarga itu sudah merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur,
norma-norma, dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat
mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tesebut. Seperti
hasil eksperimen yang telah dilakukan oleh Lewin, Lippit dan white mengenai
cara-cara kepemimpinan dalam kelompok yaitu cara demokratis, laisses-fair, dan
otoriter yang masing-masing mempunyai pengaruh besar terhdap suasana kerja
kelompok dan tingkah laku anggotanya.
Dari beberapa kesimpulan dari
ekperimen yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa pada umumnya sikap-sikap
pendidikan yang otoriter, sikap overprotection, dan sikap penolakan orang tua
terhadap anak-anaknya, dapat menjadi suatu handicap bagi perkembangan sosial anak.
4)
Satus Anak
Yang dimaksud dengan status anak
dalam hal ini adalah status anak sebagai anak tunggal, status anak sulung, atau
anak bungsu di antara kakak-kakaknya. Mengenai peranan status anak tunggal
dalam keluarga telah diadakan penelitian oleh Herman, Leipzig, 1939 (12), yang
menyelidiki 100 orang anak tunggal dibandingkan dengan 100 orang anak yang
berkakak-adik, yaitu dengan cara angket dan analisis dari laporan
kepribadiannya.
Menurut penelitian tersebut, yang
pertama-tama dirugikan pada perkembangan anak tunggal itu ialah hal-hal
mengenai “perasaan aku” di dalam dirinya. Ia memperoleh hasil, bahwa anak-anak
tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara biasanya egoistis sekali,
mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan, dan sebagainya, juga anak
tunggal memiliki keinginan untuk berkuasa yang berlebihan. Disamping itu, mereka
mudah sekali dihinggapi perasaan rendah diri.
Seorang peneliti lainnya, Cattell
(2), New York, 1950, berpendapat bahwa orang-orang yang berkembang sebagai anak
tunggal kerap kali memperlihatkan sifat-sifat infantilisme (kekanak-kanakan)
yang menyatakan dirinya dalam cetusan-cetusan amarah yang bukan-bukan, tetapi
paa pihak lain anak tunggal itu lebih mudah mengorientasi dirinya kepada
orang-orang dewasa, dan kepada cita-cita serta sikap pandangan orang dewasa.
2.
Peranan Sekolah Terhadap Perkembangan Sosial
Kehadiran di
sekolah merupakan perluasan lingkungan social individu dalam rangka
pengembangan kemampuan hubungan sosialnya dan sekaligus merupakan factor
lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mecemaskan dirinya. Kondusif-tidaknya iklim kehidupan
sekolah bagi perkembangan hubungan social remaja itu tersimpul dalam interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan guru, dan etos
kepakaran atau kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas
profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswanya yang berada dalam
masa remaja.
Pendidikan
merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normative, akan memberi warna kehidupan social
anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Kepada peserta didik bukan saja
dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma
kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan dan
pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Wellmen,
New York, 1943 (31), menenliti mengenai pengaruh sekolah taman kanak-kanak
terhaap perkembangan intelegensi anak-anak tersebut. Ia mengadakan penelitian
kepada 652 orang anak-anak yang bersekolah di taman kanak-kanank suatu lembaga
di Iowa dan yang berumur 2,5 – 5 tahun. Anak-anak itu telah sekolah di situ
selama 4 – 8 bulan, dan sebelum mereka masuk telah diadakan testing dengan
sebuah tes intelegensi. Ternyata bahwa 71% dari jumlah tersebut mengalami
kemajuan pada tes intelegensi sesudah mereka sekolah 4–8 bulan itu, tetapi ada
16% dari anak-anak, taraf intelegensinya malah berkurang. Walaupun demikian
dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada umumnya anak-anak itu mengalami kemajuan,
dan nyata pula dalam eksperimen, bahawa semakin lama mereka bersekolah maka
akan semakin besar kemajuannya. Terdapat korelasi positif antara lamanya
mengikuti sekolah taman kanak-kanak itu dan kemajuan pada tes intelegensi.
Suatu
penelitian yang diadakan mengenai pengaruh sekolah yang sebenarnya ialah
penelitian dari Husen, 1951 (15), yang mendapatkan pada calon-calon tentara di
Swedia, bahwa intelegensi quotient mereka mempunyai taraf yang
sejajar dengan jumlah tahun didikan sekolah yang mereka alami, dalam arti bahwa
semakin lama mereka bersekolah, maka semakin tinggi I.Q-nya. Ia mendapatkan
suatu koefisiensi korelasi antara jumlah tahun sekolah yang mereka alami dan
tingginya I.Q. sebanyak r = 0.80, suatu angka korelasi yang cukup tinggi. Hasil ini juga diperkuat
oleh hasil penyelidik di Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan yang
sama, Lorge, 1945 (17).
Peranan
sekolah itu jauh lebih luas. Karena di dalamnya berlangsung beberapa bentuk
dasar dari kelangsungan “pendidikan” pada umumnya, yaitu pembentukan
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi-potensi
anak, perkembangan dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar kerja sama
dengan teman sekelompok, melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh-contoh yang
baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran,
menghadapi saringan, yang semuanya antara lain mempunyai akibat pencerdasan
otak anak-anak seperti yang dibuktikan dengan tes-tes intelegensi.
3.
Peranan
Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial
1)
Peranan Lingkungan
Kerja
Pengaruh
positif dari lingkungan kerja di dalam suatu perusahaan besar yang modern
pernah dirumuskan sebagai berikut: “Dengan adanya cara kerja yang tersusun,
kebersihan dan ketelitian yang harus dipelihara di dalam perusahaan besar, maka
orangnya pun akan memperoleh latihan di dalamnya. Di samping itu, kecermatan,
kecepatan, ketepatan, dan keteraturan yang diperlukan dalam bermacam-macam
pekerjaan dalam suatu perusahaan modern itu mempunyai pengaruh “mendisiplinkan”
manusia dan membentuk manusia yang cakap.
Sebaliknya,
sebagai pengaruh negatif dari hidup dan cara kerja suatu kota industri besar modern dapat dirumuskan,
bahwa interaksi sosial antar manusia di sana sudah tidak bersifat kekeluargaan lagi,
tetapi bercorak rasional dan terlampau individualistis.
Mengenai pengaruh lingkungan
pekerjaan yang bersifat pertanian di desa ada pendapat, bahwa lingkungan
pekerjaan tersebut memudahkan terbentuknya kepribadian yang harmonis,
realistis, tidak tergesa-gesa, yang bersifat kekeluargaan.
2)
Peranan Media Masa
Yang
menjadi perhatian para peneliti mengenai pengaruh media masa ini terhadap
perkembangan orang ialah, apakah dan bagaimanakah pengaruh yang negatif dari frekuensi menonton bioskop,
melihat televisi, dan dari membaca perpustakaan komik.
Seorang
peneliti, Flik, 1954 (5), mendapatkan bahwa pada sejumlah anak-anak yang
menjadi kriminal terdapat frekuensi yang
lebih tinggi, yaitu rata-rata dua kali seminggu mereka menonton bioskop.
Tetapi
perbedaan antara frekuensi menonton ini sendiri tidak perlu dijadikan suatu
sebab, bahwa yang sering menonton itu akan memperoleh pengaruh yang jelek,
sedangkan yang jarang menonton tidak akan memperoleh pengaruh yang buruk. Hal
ini telah diselidiki oleh Shuttleworth dan May (23), New York, 1933. Mereka
membandingkan sikap-sikap dan tingkah laku anak sekolah yang menonton dua kali
atau lebih dalam seminggu dengan sikap dan tingkah laku anak sekolah yang hanya
sekali sebulan menonton bioskop atau kurang. Mereka tidak memperoleh
perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) antara tingkah laku dan sikap
kedua golongan anak-anak tersebut. Dalam hal ini juga ditegaskan dalam
penelitian sebuah Lembaga Penyelidikan Pendidikan IKIP Bandung.
Lain
halnya dengan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh sering melihat
televisi oleh anak-anak.
Every,
1952 (4), mendapatkan bahwa 33,3% dari anak-anak yang sering menonton televisi oleh gurunya dinilai sebagai
anak-anak yang tidak tenang (gelisah), sedangkan Leis (11) memperoleh hasil,
bahwa anak-anak yang menonton televisi lebih dari 11-15 jam seminggu mengalami
pengurangan prestasi mereka di sekolah.
Pengaruh dari membaca buku-buku
komik diteliti oleh Doetsch, 1959 (3). Ia menyelidiki dua golongan itu tidak ada
bedanya yang berarti. Hanyalah pemudi pembaca komik itu nyata lebih lalai dalam
cara kerjanya, sedangkan pemudi-pemudi ang tidak membaca komik lebih teliti dan
sungguh-sungguh.
3)
Masalah Tingkah Laku Kriminal
Dengan
menggunakan definisi Prof. Noach (20), seorang ahli kriminologi yang
membedakan-bedakan pengertian kriminologi alam arti yang luas dan kriminologi
dalam arti yang terbatas, maksudnya ialah memperbincangkan salah satu pokok
kriminologi dalam arti terbatas itu, yang meliputi gejala-gejala kriminal,
sebab-sebab dan akibat-akibat dari tingkah laku kejahatan. Menurut beliau,
kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor
keturunan maupun faktor lingkungan, di mana terkadang faktor keturunan maupun
terkadang faktor lingkungan memegang peranan utama, dan di mana kedua faktor
itu dapat juga saling mempengaruhi.
Seorang manusia normal bukan sejak
lahirnya ditentukan untuk menjadi kriminal oleh faktor pembawaannya yang dalam
saling pengaruh dengan lingkungannya menjelmakan tingkah laku kriminal,
melainkan faktor-faktor yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan sosial
itulah yang memberi pengaruhnya bahwa ia mudah menjadi orang kriminal.
Pembawaannya akan menghindarkan bahwa ia betul-betul menjadi kriminal dalam
pengaruh-pengaruh lingkungan yang memudahkannya itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan sosial merupakan
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses
belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan
selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi
setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri. Oleh karena
itu, perkembangan sosial individu sangat dipengaruhi oleh interkasinya dengan
orang lain, mulai dari orang tua, teman, sekolah, dan masyarakat, serta seluruh orang
yang berinteraksi dengan individu tersebut.
.
B.
Saran
Saat
ini banya bahaya dalam proses menuju perkembangan sosial yang umumnya dapat
dikendalikan jika diketahui pada saat yang tepat dan jika dilakukan langkah
perbaikan untuk menguranginya sebelum menjadi kebiasaan dan menimbulkan
reputasi yang kurang baik. Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar
memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih
mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap
otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk
menceritakan konflik-konflikyang terjadi selama masa perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi sosial. Jakarta : Rineka cipta.
Idblognatework. (2012). Pengaruh Masyarakat Terhadap
Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia : http://tasbinet.blogspot.com/2012/05/pengaruh-masyarakat-terhadap.html. di akses pada: 30 April 2016 pukul 08:00
wib.
Nikmatul. (2012). Makalah Pengaruh Masyarakat
Terhadap Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia :http://noxniexcounselling.blogspot.com/2012/01/makalahpengaruh-masyarakat-terhadap.html. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00
wib.
Rahman, A.M. (2014). Makalah Perkembangan
Sosial. (Online). Tersedia:https://sikucingitem.wordpress.com/2014/03/03/makalah-perkembangan-sosial/. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00
wib.
Sosiologi FISIP. (2010). Pengaruh Masyarakat
Terhadap Perkembangan Sosial. (Online). Tersedia: https://sosiologiunsyiah2010.wordpress.com/2012/06/05/pengaruh-masyarakat-terhadap-perkembangan-sosial/. Di akses: 30 April 2016 pukul 08:00
wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar